Kabupaten Banyumas
adalah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Purwokerto.
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Brebes di utara; Kabupaten
Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Kebumen di timur serta
Kabupaten Cilacap di sebelah selatan dan barat. Di kota ini terdapat gunung
tertinggi di Jawa Tengah yaitu Gunung Selamet, tepatnya di ujung utara wilayah
Kabupaten ini. Banyumas memiliki beragam kebudayaan yang sangat terkenal di
masyarakat. Mulai dari makanan hingga kesenian
Berikut adalah kebudayaan daerah Banyumas.
- MAKANAN
Makanan di Banyumas sangat beragam dan sangat terkenal,kuliner
Banyumas muncul dari resep2 dari masyarakat Banyumas pada zaman dulu.
Berikut adalah
makanan khas Banyumas :
Mendhoan, itulah nama dari tempe yang ukurannya lebih
lebar dari ukuran tempe pada umumnya. Makanan yang terbuat dari fermentasi
kedelai ini berasal dari Banyumas, Jawa Tengah. Cara membuatnya sama dengan
tempe biasa hanya saja ukurannya lebih lebar dan lebih tipis. Di daerah Purwokerto,Banyumas, banyak
sekali penjual makanan ini, baik yang matang maupun yang masih mentah. Untuk
yang masih mentah biasanya dikemas dalam wadah yang terbuat dari anyaman bambu
atau biasa disebut “besek”. Di dalam besek tersebut sudah disertakan
tepung berbumbu dan sebotol sambal kecap. Kita tinggal mencampur tempe dengan
tepung tersebut dan tidak perlu membuat bumbu sendiri. Agar lebih nikmat,
mendoan yang sudah digoreng dimakan saat hangat dengan ditemani cabai atau
sambal kecap dan secangkir kopi atau teh panas.
Gethuk Goreng ini dibuat dari singkong. Cara membuatnya
sangatlah mudah. Singkong yang gembur ( kalau dimasak akan menjadi mekar ) di
cuci dan dikukus sampai matang, lalu kemudian ditumbuk halus dengan dicampur
gula jawa, parutan kelapa, garam, dan vanili sampai rata. Setelah itu dibentuk
kecil – kecil lalu dicelupkan ke dalam adonan beras atau terigu dan ditambahkan
sedikit garam lalu digoreng dengan minyak kelapa. Gethuk yang sudah jadi akan
dibungkus di dalam pithi ( kemasan dari anyaman bambu ). Sokaraja
merupakan kota kecil yang terletak sekitar 7 km timur Kota Purwokerto,
kabupaten Banyumas.
2. KESENIAN
Beberapa kesenian/kebudayaan banyumasan ini tumbuh karena
adat istiadat/kebiasaan mayarakat banyumas pada zaman dahulu dan samapai
sekarang masih dijaga keutuhan serta kelestarianya,agar tidak hilang seiring
perubahan waktu.
Berikut adalah kesenian daerah Banyumas :
Gending khas lagu-lagu Banyumasan sangat mewarnai
berbagai kesenian tradisional Banyumasan, bahkan dapat dikatakan menjadi ciri
khasnya, apalagi dengan berbagai hasil kreasi barunya yang mampu menampilkan
irama Banyumasan serta dialek Banyumasan. Ciri-ciri khas lainnya antara lain
mengandung parikan yaitu semacam pantun berisi sindiran jenaka, iramanya yang
lebih dinamis dibanding irama Yogya-Solo bahkan lebih mendekati irama Sunda.
Isi-isi syairnya umumnya mengandung nasihat, humor, menggambarkan keadaan daerah
Banyumas serta berisi kritik-kritik sosial kemasyarakatan. Lagu-lagu gending
Banyumasan dapat dimainkan dengan gamelan biasa maupun gamelan calung bambu.
Seperti irama gending Jawa pada umumnya, irama gending Banyumasan mengenal juga
laras slendro dan pelog.
Kesenian tradisional lengger-calung tumbuh dan berkembang
di wilayah ini. Sesuai namanya, tarian lengger-calung terdiri dari lengger
(penari) dan calung (gamelan bambu), gerakan tariannya sangat dinamis dan
lincah mengikuti irama calung. Diantara gerakan khas tarian lengger antara lain
gerakan geyol, gedheg dan lempar sampur. Dulu penari lengger adalah pria yang berdandan
seperti wanita, kini penarinya umumnya wanita cantik sedangkan penari prianya
hanyalah sebagai badut pelengkap yang berfungsi untuk memeriahkan suasana,
badut biasanya hadir pada pertengahan pertunjukan. Jumlah penari lengger antara
2 sampai 4 orang, mereka harus berdandan sedemikian rupa sehingga kelihatan
sangat menarik, rambut kepala disanggul, leher sampai dada bagian atas biasanya
terbuka, sampur atau selendang biasanya dikalungkan dibahu, mengenakan
kain/jarit dan stagen.
- WAYANG KULIT AGRAG BANYUMASAN
Pertunjukan wayang kulit di wilayah Banyumas lebih
cenderung mengikuti pedalangan “gagrag” atau gaya pedalangan khas Banyumasan.
Seni pedalangan gagrag Banyumasan sebenarnya mirip gaya Yogya-Solo bercampur
Kedu baik dalam hal cerita, suluk maupun sabetannya, bahasa yang
dipergunakanpun tetap mengikuti bahasa pedalangan layaknya, hanya bahasa para
punakawan diucapkan dengan bahasa Banyumasan. Nama-nama tokoh wayang umumnya
sama, hanya beberapa nama tokoh yang berbeda seperti Bagong (Solo) menjadi Bawor
atau Carub. Ciri utama dari
wayang kulit gagrag Banyumasan adalah nafas kerakyatannya yang begitu kental
dan Ki Dalang memang berupaya menampilkan realitas dinamika kehidupan yang ada
di masyarakat. Tokoh pedalangan yang
terkenal saat ini antara lain Ki Sugito Purbacarito, Ki Sugino Siswacarito, Ki
Suwarjono dan lain-lain.
Musik kenthongan di Banyumas telah lahir dan berkembang
menjadi musik yang begitu atraktif dan bergairah. Setiap grup dapat menampilkan
kreativitasnya masing-masing secara bebas, tanpa aturan-aturan baku yang
mengekang kreativitas. Kebebasan kreativitas inilah yang menjadi salah satu
daya tarik dari musik ini. Di salah satu
wilayah di Banyumas bisa dijumpai ada sekelompok masyarakat yang mengembangkan
kenthongan menjadi semacam perangkat musik. Caranya adalah membuat alat
kenthongan dalam jumlah banyak kemudian ditabuh bersama-sama.
Pada waktu itu ada yang mencoba memasukkan alat musik
mirip dengan angklung yang cara membunyikannya adalah dengan memukul
bilah-bilah nada di dalamnya. Selanjutnya jadilah aransemen musikal dari alat
kenthongan yang dilengkapi dengan alat musik mirip angklung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar